Review | Hands-On Motherboard Gigabyte H370 Aorus Gaming 3
Jagatreview, Awal bulan April 2018 ini, Intel resmi mengeluarkan tiga chipset terbaru mereka untuk prosesor Core i 8th Gen Coffee Lake untuk desktop. Kehadiran ketiga chipset baru ini merupakan solusi yang ditawarkan Intel untuk user yang ingin menggunakan prosesor Intel Coffee Lake, tetapi tidak ingin menggunakan motherboard Z370. Memang, selama ini opsi menggunakan motherboard Z370 tidak terlalu disukai karena opsi itu dianggap kurang baik, dari sisi harga dan fitur.
Tiga chipset yang ditawarkan Intel itu adalah H310, B360, dan H370. Bertambahnya opsi chipset ini akan membuka kemungkinan hadirnya motherboard yang lebih murah untuk Core i 8th Gen. desktop, seperti yang memang umum terjadi dengan chipset Non-Z selama ini. Gigabyte, salah satu produsen hardware terkemuka asal Taiwan, turut menyambut hadirnya chipset baru dari Intel ini dengan menawarkan motherboard baru mereka, salah satunya adalah yang baru saja kami terima ini, Gigabyte H370 Aorus Gaming 3.
Gigabyte H370 Aorus Gaming 3 ini merupakan penerus dari Gigabyte H270 Gaming 3. Sebagai motherboard dengan chipset H370, motherboard ini akan memiliki hampir seluruh fitur premium dari motherboard Z370, kecuali tentu saja fitur overclocking. Karena hal tersebut, Gigabyte memposisikan motherboard baru ini di kelas yang terbilang tinggi, untuk kalangan enthusiast gamer. Di dalam artikel ini, kami akan membahas lebih jauh seputar motherboard Gigabyte H370 Aorus Gaming 3.
Paket Penjualan
Gigabyte H370 Aorus Gaming 3 ini hadir dengan box yang menampilkan logo Aorus yang cukup besar, dan sama seperti seri-seri sebelumnya nuansa warna dari box motherboard Gigabyte Aorus ini menonjolkan warna hitam. Di sisi belakang box dari Gigabyte H370 Aorus Gaming 3 ini terdapat informasi mengenai fitur-fitur yang dimiliki motherboard ini.
Paket penjualan dari Gigabyte H370 Aorus Gaming 3 ini bisa dikatakan standar, sama seperti kelengkapan yang umum tersedia untuk motherboad seri H kelas menengah-atas dari Gigabyte sebelumnya, termasuk Gigabyte H270 Gaming 3.
Tampilan Fisik
Motherboard Gigabyte H370 Aorus Gaming 3 ini hadir dengan ’upgrade’ dari sisi tampilan dibandingkan dengan pendahulunya Gigabyte H270 Gaming 3. Terdapat I/O shroud berwarna hitam yang dilengkapi dengan aksen warna orange, heatsink untuk pendinginan slot M.2 pertama, dan desain baru untuk heatsink PCH, dengan warna silver beraksen orange. Motherboard ini juga menawarkan swapable overlay accent LED, yang merupakan potongan akrilik dengan desain yang dapat Anda kreasikan sendiri. Ya, motherboard ini tentu nya masih dilengkapi dengan fitur RGB, tetapi disebut memiliki transisi warna yang lebih smooth dari generasi sebelumnya.
Untuk pasokan daya, motherboard ini memiliki 24-pin ATX dan 8 pin ATX-12v CPU. Peletakan dari 2 konektor ini berada pada posisi yang terbilang tepat, yang akan mempermudah instalasi konektor tersebut pada casing. Heatsink VRM yang dimiliki motherboard ini juga cukup besar, dan memiliki desain yang cukup robust untuk membantu mendinginkan VRM dari motherboard ini. Selain itu, motherboard ini juga dilengkapi komponen VRM 10 phase. Dengan konfigurasi VRM 10 (8+2) phase ini, kami sangat yakin bahwa motherboard ini dapat dengan sangat mudah menjalankan CPU 6-core Coffee Lake baik untuk seri K ataupun non-K
Empat buah fan header 4-pin ditawarkan oleh motherboard ini, yang tentunya memungkinkan Anda memakai mode PWM untuk kipas. Jumlah header yang tersedia bisa dikatakan standard memadai untuk sebuah motherboard H370. Peletakan dari fan header ini juga saling berdekatan.
Review | Seberapa Pentingkah Peran DPI dan Poling Rate Pada Mouse gaming
Sebelumnya, mouse menggunakan mekanisme bola karet yang terletak di bawah mouse yang dapat digelindingkan ke segala arah (omni direction). Penggunaan bola karet ini ternyata memiliki kendala yang umum terjadi yakni, hilangnya tingkat sensitivitas dan presisi dari mouse tersebut akibat bola karet yang kotor. Hal tersebut terjadi dikarenakan bola karet akan menangkap setiap kotoran, seperti remah manakan ataupun debu yang berada pada alas mouse (mouse pad) yang akan menumpuk seiring lamanya penggunaan. Solusinya, kita harus membersihkan mouse tersebut, khususnya pada bagian bola karetnya secara berkala.
Saat ini trend penggunaan mouse mulai bergeser pada jenis optical yang umumnya menggunakan basis cahaya dan sebuah kamera kecil. Seiring mouse digerakkan, cahaya tersebut mulai berpendar di bawah permukaan mouse dan menangkap ratusan gambar per detik. Data dari gambar tersebut digunakan mouse sebagai bahan perbandingan sehingga mouse dapat menentukan arah pergerakan dari penggunanya. Selanjutnya mouse akan mengirimkan data ini ke komputer (processor) sehingga pada akhirnya output berupa kursor akan ditampilkan di layar monitor.
Selain jenis optik, terdapat pula jenis laser mouse yang memiliki prinsip yang sama. Bedanya hanya terletak pada penggunaan cahayanya saja. Laser mouse umumnya menggunakan cahaya infrared ketimbang cahaya tampak (visible light).
Gaming mouse baik berbasis laser maupun optic secara teknis selalu diidentikan dengan DPI (dot Per Inch) dan polling rate. Namun apakah arti dari kedua nilai tersebut? apakah berarti semakin besar nilainya, maka akan memberikan output yang baik pula? Pada praktiknya, kedua spesifikasi di atas hanya berlaku dan memberikan manfaat lebih banyak hanya pada gamer. Spesifikasi tersebut dibutuhkan guna memberikan reaksi cepat pada gamer saat bermain game sehingga dapat memberikan pengalaman bermain yang benar-benar real-time dengan delay sekecil mungkin. Lain ceritanya jika kedua spesifikasi di atas hanya digunakan untuk penggunaan browsing internet atau digunakan pada spreadsheet atau word processing.
DPI
Dots Per Inches atau Counts Per Inches sering kali disalah artikan sebagai tolak ukur dalam menilai kualitas sensor. Hmm…ini sebetulnya sebuah pemahaman yang kurang tepat. DPI/CPI hanya perhitungan pergerakan cursor sehubungan dengan jarak yg dihasilkan dari pergerakan mouse, jadi semakin besar DPI yang digunakan maka semakin pendek jarak yg ditempuh saat menggerakkan mouse.
Sebuah mouse dengan nilai DPI yang besar akan memberikan manfaat lebih saat digunakan pada game yang membutuhkan pergerakan yang kecil seperti saat memainkan game FPS di mana Anda dapat membidik target lewat riffle secara lebih mudah sehingga hasilnya akan lebih akurat. Meski begitu, DPI tinggi, tidak selalu memberikan keuntungan. Ketika memainkan game yang tidak membutuhkan fungsi zoom misalanya, maka nilai DPI yang tinggi justru akan menjadi mouse terlalu sensitif saat digerakkan. Sering kali kurangnya pemahaman akan hal tersebut menjadi makanan empuk bagi marketing perusahaan gaming yg mengembar-gemborkan DPI/CPI setinggi-tingginya.
POLLING RATE
Merupakan kecepatan informasi yg diberikan oleh mouse dalam melacak setiap pergerakannya. Gaming mouse saat kini kebanyakan telah memberi option utuk bebas memilih dari 125-1000Hz. Sebagai informasi, berikut merupakan respond time dari masing-masing rate : 125hz – 8ms, 250hz – 4ms, 500hz – 2ms, 1000hz – 1ms
Lantas pertanyaan yg muncul berikutnya apakah semakin tinggi polling rate maka semakin baik? belum tentu.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, polling rate menjelaskan informasi mengenai seberapa sering mouse memberikan report posisi kepada komputer. Jika sebuah mouse memiliki polling rate 125 Hz, ini artinya, mouse tersebut akan memberikan report kepada komputer setiap 8 millisecond. Sementara mouse dengan polling rate 500 Hz mampu memberikan report kepada komputer setiap 2 millisecond.
Memilih Jenis Mouse yang Tepat
Melihat dari penjelasan di atas, maka kita sampai pada akhir kesimpulan. Bagaimana memilih jenis mouse yang tepat? Baik DPI maupun polling rate, keduanya merupakan faktor yang harus dipertimbangkan. Semakin tinggi nilai DPI dan Polling rate, belum tentu berdampak baik. Fungsi DPI maupun polling rate harus disesuaikan juga dengan penggunaan.
Maka dari itu, sebuah mouse yang baik adalah jenis mouse yang memiliki pengaturan untuk mengkonfigurasikan kedua nilai tersebut. Salah satu mouse gaming yang menghadirkan kemudahan pengaturan konfigurasi DPI dan Polling rate adalah Roccat Kiro, brand periferal Gaming asal Jerman.
Mouse ini secara spesifikasi menyediakan pengaturan DPI hingga 4000 DPI yang bisa dikonfigurasikan dengan sangat mudah dan cepat lewat aplikasi Roccat Swarm. Begitu juga dengan nilai polling rate-nya. Roccat Kiro memiliki nilai polling rate cukup tinggi yakni 1000Hz yang artinya report posisi dari mouse ini akan dikirimkan kepada komputer setiap 1 millisecond. Kemudahan kustomisasi memungkinkan Roccat Kiro digunakan maksimal baik pada game yang membutuhkan mouse berpolling rate tinggi seperti pada genre RTS (Real Time Strategy) atau gameplay super intens atau pada game yang membutuhkan mouse berDPI tinggi seperti pada game bergenre FPS.